Dear My Best Virtual Friend, Lucky,..
Lucky ku yang baik, gue gak bakal lupa sama kejadian hari ini...
Lucky, gue sedih. Hampir seluruh tetangga gue 'gak suka' sama keluarga gue. Padahal keluarga gue gak pernah bikin kerusuhan di masyarakat. Keluarga gue gak pernah minum-minuman keras, mabuk, judi, mencuri dan segala macemnya. Lucky, keluarga gue memang pendatang,. tapi bukan begini caranya.
Gue bakal sedikit cerita sama loe. Rumah gue ada di perumahan namun masuk daerah kampung. Lokasinya ada di Dau-Malang. Ya, jadi tanah perumahannya bersebelahan sama rumah-rumah yang bukan termasuk perumahan, namun sistem RT nya masih jadi satu. Keluarga gue tinggal disana sudah hampir 5 tahun, terhitung dari tahun 2014. Semula perumahan itu sepi, cuman ada 2 kepala keluarga yang nempatin rumahnya, salah satunya keluarga gue (yang lainnya dibuat villa gitu). Lama-kelamaan, akhirnya perumahan itu rame juga, banyak keluarga yang milih nempatin rumah mereka dibandingkan hanya dibuat untuk villa.
Beberapa lama setelah pindah, mulai ada kegiatan warga. Namun entah kenapa, orang perumahan selalu di cap sebagai orang kaya! Donatur, dan setiap kali ada sistem sumbangan, kami selalu dikenakan tagihan 2x lipat dari orang kampung. Hal itu membuat keluarga gue resah, karena jujur, kami disini itu masih ngontrak (ke Bank, ya rumah kami kredit). Kami gak sekaya itu. Kredit rumah ini juga penuh perjuangan, papa sampai harus rela jual tanahnya yang di Surabaya. Juga gak adil aja gitu, masa' gegara tittle nya perumahan, dianggap kaya donatur. Toh lagipula sistem RT nya masih jadi satu dengan mereka yang bukan orang perumahan. Seharusnya sama kan? :(
Bukan itu aja, di perumahan ada yang namanya lampu jalan. Ketika semua rumah di perumahan mendapatkan tiang lampu, keluarga gue gak dapet. Iya, rumah gue gak dapet! Padahal keluarga gue uda bayar uang iuran untuk pemasangan lampu. Lalu ada lagi kejadian yang, keluarga gue uda bayar iuran sampah, selalu di double bayarnya (untuk 3 bulan kedepan) tapi dibilang nunggak. Nggak diakuin sama orang perkampungan sana.
Gue juga punya tetangga sama-sama orang perumahan, beberapa malah membela orang perkampungan sana karena Bokap gue sering gak hadir rapat bapak-bapak. Juga karena orang perkampungan sana ada yang kerja sama mereka, jadi ART. HELL! Bokap gue juga punya alasan tersendiri kok, beliau kerja. Pulang selalu jam 11 malam, gimana mau ngehadirin rapat bapak-bapak yang jam 7 malem??? Terus, gue juga punya tetangga dosen muda cowok, doi kalau pulang juga malem. Kadang berangkat pagi pulang pagi, tapi apa? Gak di omongin sama mereka, cuman keluarga gue aja yang dianggap gak bisa kerjasama sama masyarakat.
Gue inget betul gimana mereka nagih uang ke rumah gue, selalu bawa 4 orang, nagih selalu di jam sholat maghrib. Berasa keluarga gue punya hutang saja sama mereka. Kaya rentenir nagih hutang tahu, tereak-tereak. Terus kalau gak mau bayar karena keluarga gue lagi kekurangan uang selalu nyerempetnya ke mobil. Lu punya mobil lu kaya! Masa iuran 150rb buat makan Agustusan aja lu gak mampu bayar?! Gila kali ah,. Jangan kira karena punya mobil hidup kami aman sejahtera aja, gak! Mereka bahkan gatau kalau mobil itu gak pernah kami pake karena kami mikir uang bensinnya, karena dulu itu mobil mau dibuat usaha tapi belum jadi karena kurang modal dan lain-lain. Jangan gitu dong! Juga sekarang, mobil itu jadi satu-satunya tabungan keluarga gue yang kesisa. Ya, papa sakit diabetes, kemarin baru kena penurunan jabatan, umurnya gak lagi muda (uda seabad lebih) gue masih kuliah. Kami gada tabungan lain selain itu, makanya kami awet-awet. Tabungan keluarga gue uda sepenuhnya kepake buat beli rumah ini karena daridulu kami masih kontrak dan biaya kuliah, eh sekarang para tetangganya jahat pula. Sedih banget akutuh Luck!
Terus kejadian pagi ini, dimana karena masalah KUNCI PORTAL keluarga gue dimarah-marahi sama tetangga kupret yang selalu ngebela orang perkampungan sana. Jujur, karena seringnya ada masalah ketidak adilan sama orang perkampungan, ngebuat keluarga gue lebih milih diem sama orang perkampungan sana. Diem lho ya, bukan ngerusuh! Kami diem, kami gak ngapa-ngapain,. karena kami sadar. Lu mau bener atau salah, tetep aja bakal di cap jelek kalau emang gak suka sama orangnya. Ya kan! Jadilah nyokap gue gak ikut PKK. Buat apa ikut, kalau disana di roasting sama orang-orang yang katanya "MAHA BENAR". Gitu masih nyalahin keluarga gue lagi karena gak mau baur sama masyarakat. Helloooooo sadar atuh,. keluarga gue minoritas, jelas lah sedikit yang bela.
Tetangga kupret perumahan gue marah-marah ke keluarga gue gegara kunci yang baru doi beli buat portal rusak. Dan orang yang terakhir yang masuk adalah bokap gue. Doi nuduh kunci gemboknya rusak gegara dipaksa pake kunci lama yang bokap gue punya, karena doi gak mau pinjem kunci baru KE TETANGGA. Lha orang bokap gue gak tahu ada kunci baru? Gada yang bilangin dia. Seandainya dikasih tau, bokap gue pasti juga bakal minjem kunci. Dan lagipula, semalam bokap gue ngerangkak dari bawah portal buat masuk perumahan terus minjem kunci ke tetangga depan rumah YANG SERING KELUAR KOTA TAPI DIA PUNYA KUNCINYA buat masukin motornya. Sebegitu tidak adilkah sama keluarga gue yang tiap hari nempatin perumahan disini?
Tetangga kupret gue bilang kalau gak mau hidup di masyarakat hidup aja di hutan sana! Dia bilang juga bukan satu-dua orang aja yang ngomongin keluarga gue, hampir orang perkampungan semua. Jadi dia juga percaya kalau emang keluarga gue yang bermasalah. Heh, pak, siapa yang gak mau hidup bermasyarakat, siapa gue tanya. Keluarga gue juga mau kali hidup bermasyarakat, orang keluarga gue yang di musuhin. Gini lho ya, pertama, keluarga gue orang pindahan. Disini, keluarga gue gada tuh yang namanya temen. Mereka gak adil sama keluarga gue, yaudahlah kami ngomong. Kami bukan bapak yang kaya raya yang bisa dengan gampang ngeluarin uang 100rb setiap kali diminta sumbangan. Orang perkampungan jelas gak terima sama penolakan kami. Mereka juga orang lama disini temennya banyak. Terus siapa yang kalah? Ya keluarga gue lah! Pastilah kalau bukan satu-dua orang aja yang ngomongin keluarga gue, orang mereka banyak temennya. Sadar dong pak!!!!
Entahlah Luck, berapa lama lagi keluarga gue harus hidup dengan keadaan kaya begini ini. Resah. Orang perumahan bukannya ngebela temen sendiri tapi malah ngebela orang lain. Mereka gak tau aja gimana susahnya cari uang buat bayar kredit ke Bank rumah ini, eh mereka malah seenaknya ngejudge!
Dasar manusia... :(
Yauda deh Luck, segini dulu cerita gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar